Sahabat sering memperhatikan iklan-iklan
di tv ga? Nah, jika sering tahukah sahabat dengan iklan rokok yang
mengisahkan seorang pria yang mengatakan semua bunyi di alam dapat
dijadikan musik. Kemudian ia berkata, “Ini obsesiku, apa obsesimu?”
(kira-kira begitulah). Iklan tersebut nyontek abis film yang akan saya
bahas berikut ini (dan ini bukti lain kalau orang Indonesia banyak yang
ga kreatif).
Film yang akan saya bahas ini judulnya
August Rush (2007). Memang film ini sudah lama dan saya juga entah kali
yang ke berapa menontonnya, hanya saja saya suka keindahan dari film
ini. August Rush menceritakan kisah seorang pemain cello cantik bernama
Lyla Novacek (Keri Russell) yang jatuh cinta kepada seorang vokalis sekaligus gitaris bernama Louis Connelly (Jonathan Rhys Meyers).
Perbedaan strata tak menjadi penghalang tumbuhnya benih-benih cinta di
antara mereka. Sayangnya, ayah Lyla tidak menyetujui hubungan mereka dan
memutuskan memisahkan Lyla dan Louis. Ayah Lyla tidak ingin kehadiran
Louis menghambat Lyla untuk menjadi cellis terkenal. Ayah Lyla pun
membawa Lyla menjauh dari Louis, padahal saat itu Lyla sedang mengandung
bayi Louis.
Singkat kata, Lyla pun melahirkan bayi
tampan yang diberi nama Evan. Akan tetapi ayahnya mengatakan kalau
bayinya meninggal saat dilahirkan. Kenyataannya Ayah Lyla menyerahkan
Evan ke sebuah panti asuhan. Lyla yang kehilangan bayi dan Louis serta
Louis yang terpisah dari Lyla sempat “jatuh” dan berhenti bermusik. Akan
tetapi, hal tersebut tak berlangsung lama. Mereka berdua bangkit dan
berusaha mengejar cita-cita mereka kembali, meskipun masih terpisah oleh
takdir.
Di tempat lain, Evan Taylor (Freddie Highmore)
yang telah dewasa ternyata mempunyai bakat bermusik yang luar biasa.
Tidak heran, sebab ayah dan ibu Evan (Louis dan Lyla) merupakan pemain
musik bertalenta pula. Evan yang merasa bahwa orang tuanya masih hidup
pun pergi ke New York.
Di New York, bakat bermusiknya semakin terasah meskipun tinggal bersama
anak jalanan. Ia disuruh (atau dipaksa?) mengamen oleh Wizard (Robin Williams)
yang menampung anak-anak berbakat bermusik untuk mengamen. Evan yang
lugu tidak merasa keberatan, justru ia mendapatkan banyak pelajaran
bermusik dari Wizard dan menjadi anak kesayangan Wizard.
Lyla akhirnya tahu bahwa ayahnya telah
membohonginya dengan berkata anaknya telah meninggal. Ia pun berusaha
menemukan anaknya dibantu seorang detektif. Di lain pihak, Evan yang
masih berkeinginan kuat menemukan orang tuanya pun kabur dari tempat
Wizard. Ia sempat ditampung di gereja dan mencengangkan pihak gereja
karena bakat bermusiknya. Ia mampu memainkan partitur-partitur komponis
ternama hanya dengan sekali lihat. Pihak gereja yang menyadari bakat
luar biasa Evan pun memasukkannya ke sekolah bermusik ternama. Di sana
ia menjadi mahasiswa (atau siswa?) termuda. Bakatnya semakin terasah dan
yang menakjubkan adalah ia mampu menciptakan komposisi sebuah orkestra
sendiri. Padahal komposisi tersebut ia dapatkan hanya dengan mendengar
segala jenis bunyi yang ada di sekitarnya. Akhirnya pihak sekolah musik
tersebut mengizinkan Evan mengadakan sebuah konser dengan partitur
ciptaannya.
Sementara itu, Wizard yang tidak terima
Evan kabur berusaha menculik Evan. Bagi Wizard, Evan merupakan sumber
uang. Lalu apakah Evan akan bertemu dengan orang tuanya? Atau justru
ditangkap oleh Wizard dan dipaksa mengamen selama-lamanya? Silakan
sahabat tonton sendiri. Akan tetapi, yang pasti ending film ini merupakan ending terbuka. Ending yang indah bagi sahabat yang menyukai film-film romantis.

Bagaimana sahabat? Apakah bagi sahabat
bunyi-bunyi yang ada di alam ini hanyalah bunyi-bunyi biasa tanpa makna?
Atau bunyi-bunyi tersebut menyimpan sejuta romansa yang menunggu untuk
diungkap? Jika sahabat adalah pribadi yang begitu mencintai musik, layak
kiranya sahabat menonton film ini.
Quote: You know what
music is? God’s little reminder that there’s something else besides us
in this universe, a harmonic connection between all living beings, every
where, even the stars. (Wizard)
0 komentar:
Posting Komentar